3.1.
Kehidupan Membiara di Gereja Timur
3.1.1.
Pengantar
Gereja Timur adalah Gereja yang bertumbuh dan berkembang
dalam tradisi timur, yakni: Yunani, Timur Tengah, India dan Rusia. Tokoh-tokoh
hidup membiara di Gereja Timur adalah St. Antonius Abas (eremit), St. Pachomeus
(senobit) dan St. Basilius (monastik).
3.1.2.
Tokoh-Tokoh
3.1.2.1.
St. Antonius Abas (251-356)
a.
Riwayat Hidup
Ø Lahir di Mesir pada tahun 250 dari keluarga kaya.Ø Orangtuanya meninggal saat dia berusia 20 tahun dan mewariskan banyak harta kepadanya.Ø Dia tergerak oleh kata-kata Injil Matius 19:21 “Jikalau engkau ingin sempurna, jualah segala milikmu dan berikanlah kepada orang miskin, lalu mengikuti Aku”.Ø Ia lalu menjual dan membagikan semua hartanya kepada orang miskin dan kemudian menjalani hisup sebagai seorang pertapa di padang gurun Libia.Ø Hidupnya diisi dengan berdoa, bermatiraga dan bekerja keras.Ø Ia tidak jarang mendapat godaan baik rohani maupun jasmani.Ø Semakin setan menggoda, semakin bertambah semangat untuk berdoa dan bermatiraga.Ø Hidup tapanya menghantar dia pada tingkatan rohani yang tinggi dan menjadikan dia sebagai seorang pendoa yang ulung sehingga banyak orang datang meminta bimbingan rohani kepadanya.Ø Beberapa dari mereka bahkan ada yang mencontoh cara hidupnya dengan menjadi pertapa.Ø Sebagai rahib dia juga memberikan perhatian pada pembelaan kebenaran iman Kristen. Dia pergi ke Alexandria (Mesir) untuk meneguhkan Uskup Atanasius dalam menentang bidaah Arianisme (Yesus Kristus adalah Anak Allah (Putra Allah) yang diciptakan oleh Allah Bapa pada suatu titik waktu tertentu, berbeda dengan bapa dan karenanya merupakan subordinasi Bapa....Karena diciptakan oleh Allah maka Ia bukan Allah---Arius).Ø Dia disebut sebagai Bapa Para Rahib karena memberikan inspirasi bagi hidup kerahiban.
b.
Hidup Anakoret (eremit)
Ø St. Antonius adalah pelopor hidup anakoret (eremit).Ø Mulai ada banyak pengikut yang ingin bergabung dengan Antonius. Mereka berasal dari berbagai golongan, terutama dari masyarakat sederhana.Ø Sejak itu kehidupan eremit mulai berkembang di padang gurun Mesir.
c.
Bentuk Formatio
Ø Kehidupan eremit yang didampingi seorang “bapak” (abas).Ø Dasar formatio adalah keteladanan hidup para senior lewat kata dan perbuatan.Ø Pegangan dasar adalah Kitab Suci dan ucapan para senior.Ø Jika seorang sudah terbentuk, maka ia akan tinggal sendirian di sebuah tempat.Ø Pusat hidup: doa dan kerja tangan untuk menunjang hidup. Maka ada keselarasan antara doa dan kerja (ora et labora).Ø Tahun 305 mulai terbentuk kelompok kecil dan Antonius menjadi Bapak Para Rahib yang memberi kesaksian lewat teladan hidupnya. Ia mengunjungi para rahib secara berkala.
d.
Pokok Ajaran
Kedosaan
manusia membuat Allah berbelaskasih dan merencanakan keselamatan yang memuncak
dalam diri Yesus Kristus. Maka manusia harus memusatkan seluruh dirinya untuk menanggapi
kasih Allah itu dan berjuang untuk mencapai kesempurnaan. Untuk itu, askese
(matiraga) mutlak diperlukan sebagai sarana bagi pengosongan diri dari semua
pengaruh dunia.
e.
Spiritualitas
Ø Corak spiritualitasnya: Kristosentris, yakni Kristus sebagai pusat sejarah keselamatan.
Ø Maka Antonius memberi tempat istimewa pada Sabda Allah, Roh Kudus dan askese.Ø Ada dua pemikiran paralel:·Kesendirian; hidup memisahkan diri dari semua orang dan memusatkan diri pada perjumpaan dengan Allah.· Selibat; merupakan bagian integral dari hidup sendiri.Ø Hidup di padang gurun berarti: tempat mencari rahmat, tempat mencari Allah, tempat-tempat pencobaan melawan setan.
3.1.2.1.
St. Pachomeus (287-347)
St.
Pachomeus adalah pelopor hidup senobit (vita caenobitica).
a.
Riwayat Hidup
Ø Lahir di Thobaid Utara, Mesir tahun 287, berasal dari keluarga kafir.Ø Umur 20 tahun masuk dinas ketentaraan atas perintah ayahnya (dinas militer).Ø Pengalaman disambut dengan ramah oleh orang-orang Kristen di Latopolis (Mesir). merupakan pengalaman yang mengesankan dan menjadi saat yang berahmat baginya.Ø Setelah mengakhiri dinas ketentaraannya ia mengikuti pelajaran agama dan menerima Sakramen Permandian. Kemudian menjadi murid Palaemon; seorang pertapa saleh di padang gurun dekat sungai Nil. Ia lalu memisahkan diri dari kelompoknya dan mendirikan Biara di Tabennisi, di tepi sungai Nil. Banyak yang bergabung menjadi muridnya.Ø Sebagai pedoman hidup para rahib, ia menyusun aturan hidup bersama (regula).Ø Dia menjadi pembimbing para rahib dengan ajaran dan teladan hidupnya.Ø Ia pun melawan ajaran bidaah Arianisme.Ø Meninggal tahun 347.
b.
Hidup Senobit
Ø Mulai ada banyak orang yang ingin bergabung, maka mulai dipikirkan bentuk hidup membiara yang baru.Ø Bentuk baru itu tampak dalam: doa berama, makan bersama, hasil karya disatukan.Ø Maka mulai ada kebersamaan yang menjadi ciri hidup senobit.
c.
Bentuk Formatio
Ada
3 ciri hidup membiara senobit:
v Biara; mulai dibangun biara dengan tembok pemisah dengan beberapa bagian. Tiap bagian terdiri dari 20 orang dengan satu superior (pemimpin rumah).v Regula; mulai dibuat peraturan hidup membiara (formula vitae) yang mengatur kehidupan mereka. Mulai ada acara harian yang teratur dan ketat (doa bersama, konferensi, dll).v Abbas (pemimpin umum); memiliki peranan sentral. Secara berkala ia mengunjungi “biara-biara kecil” di dalam tembok. Ia menentukan dan mengatur kehidupan senobit.
d.
Pokok Ajaran
v Ketaatan; mendapat tekanan pokok dalam hidup bersama, juga sebagai bentuk kedisiplinan.v Kemiskinan; tidak ada milik pribadi. Semua bekerja untuk hidup bersama, dan kelebihan dari hasil kerja diberikan kepada orang miskin.v Persaudaraan; corak hidup bersama, semua adalah saudara (frater), dan sentral (pusat) ada pada pimpinan. Dimensi komuniter sebagai dimensi sakramental “keselamatan adalah tanggungjawab bersama, bukan sendiri-sendiri”.
3.1.2.1.
St. Basilius Agung (329-379)
Pelopor hidup
monastik (Vita Monastica), yakni hidup bersama dalam biara pertapaan dengan
melakukan doa, tapa, matiraga, kerja tangan dan studi Kitab Suci dan Teologi.
a.
Riwayat Hidup
Ø Lahir tahun 329 di Kaisarea (Turki), berasal dari keluarga Kristen yang saleh.Ø Kedua orangtuanya (Basilius Tua dan Emmelia), beserta neneknya Mekrina Tua dihormati Gereja sebagai orang kudus. Demikian pula Makrina muda (kakaknya) dan kedua adiknya (Gregorius dari Nisa dan Petrus dari Sebaste).Ø Ia belajar sastra klasik di Kaisarea, Konstantinopel dan Athena. Setelah menamatkan studinya dengan cemerlang, ia kembali ke Kaisarea dan menjadi pengajar retorika yang termasyur.Ø Atas pengaruh kakaknya dan kedua adiknya, ia mulai tertarik pada hidup membiara.Ø Setelah mempelajari hidup membiara di Mesir, Palestina, Siria dan Mesopotamia, dia membangun biara di Pontus (Turki).Ø Tahun 358, ia menjalani kehidupan pertapaan yang keras bersama beberapa orang rekannya. Ia menambahkan unsur intelektual dalam hidup senobit (monastik=senobit terpelajar).Ø Tahun 364 ia dipanggil oleh Uskup Eusebius dari Kaisarea untuk membela Gereja dari aliran Arianisme. Dan pada tahun 370, ia dipilih menjadi Uskup Kaisarea menggantikan Eusebius. Kendati demikian, ia tetap memperhatikan para rahibnya. Ia juga mempersatukan Gereja Barat dan Gereja Timur.Ø Ia diberi gelar “Agung” karena kepandaian, kesucian dan kerendahan hatinya. Meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 379 di Kaisarean dan diberi gelar Pujangga Gereja dari Gereja Timur.
b.
Pokok Ajaran
Ø Spiritualitasnya
biblis dan humanis
Ø Menekankan:
· Askese untuk membebaskan jiwa dari
keterikatan dunia agar dapat bersatu dengan Allah.
· Hidup seturut Injil yang dasarnya adalah
cinta pada Allah dan sesama.
· Hidup komunitas dalam persaudaraan.
Munculah corectio fraterna.
3.2.
Kehidupan Membiara di Gereja Barat
3.2.1.
Pengantar
Gereja Barat adalah Gereja yang bertumbuh dan berkembang
dalam tradisi barat (Latin). Tokoh-tokoh hidup membiara di Gereja Barat adalah
Imam Novatius, St. Hironimus, Yohanes Cassianus, St. Agustinus dan St.
Benedictus.
3.2.2.
Masa Peralihan
Ada dua pandangan mengenai awal kehidupan membiara di
Gereja Barat:
v Merupakan pengembangan dari hidup membiara di Gereja Timur. St. Athanasius dilihat sebagai yang pertama memperkenalkan hidup membiara dari Timur ke Barat. Tahun 360 dilihat sebagai kelahiran hidup membiara di Barat.v Kehidupan membiara sudah mulai di barat tanpa pengaruh Gereja Timur. Dikatakan bahwa bersamaan dengan St. Antonius, abbas di Timur, di Barat juga sudah mulai hidup membiara. Tokohnya Imam Novatius yang hidup eremit di Roma (249).
Ada
dua tokoh yang menjadi jembatan hidup membiara di Timur dan Barat, yakni:
a.
Evagrius dari Pontus, Turki (346-394)
ü Seorang teolog padang gurun dan pengkotbah ulung di Konstantinopel. Ia murid Bailius Agung dan Gregorius Nazianze.ü Karena hubungannya yang agak intim dengan seorang wanita maka ia lalu mengundurkan diri ke padang gurun Mesir dan menjadi pertapa sampai wafat.ü Dia menjadi pertapa pertama yang banyak mengarang buku, sehingga besar pengaruhnya bagi Gereja.
ü Mengajarkan tiga tahap perkembangan rohani:
·
Praktek yang bermuara pada apatheia
(tanpa nafsu)
·
Pengetahuan tentang akal budi
·
Pengetahuan tentang Tritunggal
ü Tiga tahap ini di kawasan Timur berkembang menjadi: doa bibir, doa batin dan doa hati. Sedangkan di Barat menjadi jalan: pembersihan (purgativa), pencerahan (illumitiva), dan penyatuan (unitiva).ü Ia peka terhadap roh jahat dan mengidentifikasikan 8 dosa pokok (pendahulu 7 dosa pokok), yakni sifat: pelahap, kemewahan, kelobaan akan uang, kesedihan, kemarahan, sikap masa bodoh, kesia-siaan dan kesombongan. Menurutnya ke-8 dosa pokok ini bisa diperangi/diperangi dengan iman yang disertai ketaatan, pengendalian diri, kesabaran dan harapan. Dari sini lahirlah apatheia, yakni kebebasan dari dominasi macam-macam nafsu sehingga kasih bisa diamalkan tanpa hambatan.ü Gagasan Evagrius yang paling mencolok adalah pengetahuan tentang Tuhan. Menurutnya pengetahuan atau pengenalan tentang Tuhan dianugerahkan Tuhan kepada akal budi yang hampa (pengosongan pikiran). Gagasannya ini menginspirasi Gereja Timur bahwa pengetahuan tentang Tuhan dihalangi oleh nafsu dan imajinasi.
b.
Yohanes Cassianus (360-435)
ü Ia promotor ajaran Evagrius karena dialah yang membawa ajaran itu ke dunia Barat.ü Dia mendasari biara-biara yang didirikannya dengan praktek hidup yang keras, doa dan kontemplasi.ü Pindah ke Konstantinopel (Turki) dan ditabiskan diakon oleh Yohanes Cristotomus, lalu ditabiskan imam oleh Paus Innocentius I di Roma.ü Tahun 415 berada di Perancis dan mendirikan dua biara laki-laki dan perempuan. Ia menjadi abasnya. Maka mulailah hidup membiara di Barat berkembang.ü Ia menanamkan tradisi monastik dan liturgi serta menekankan askese.
3.2.3.
St. Agustinus
a.
Riwayat Hidup
ü Lahir di Tagase, Afrika Utara pada tanggal 13 November 354ü Ibunya St. Monika, seorang beriman Kristen yang taat beragama, sedangkan ayaknya Patrisius, seorang tuan tanah dan sesepuh kota yang masih kafir.ü Sejak kecil, St. Agustinus menampilkan kecerdasan yang tinggi. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Cartago untuk belajar retorika. Sayangnya, hidupnya tidak tertib oleh karena pengaruh cara hidup banyak orang yang tidak mengikuti aturan moral. Dia hidup dengan seorang wanita tanpa ikatan perkawinan dan mempunyai seorang anak yang bernama Adeodatus.ü Ia menganut aliran Manikeisme, yakni sekte keagamaan dari Persia yang mengajarkan bahwa semua barang material itu buruk.ü Tahun 383 pergi ke Roma, serta mengajar retorika di Milano, Italia. Di sana ia bertemu dengan Uskup Ambrosius, seorang mantan Gubernur yang saleh. Perkenalan dengan Uskup Ambrosius dan cara hidup para biarawan yang mengikuti suatu disiplin hidup yang baik dan menbahagiakan membuat dirinya tertarik untu mempelajari Injil. Dia tertarik dan disadarkan oleh kutipan Rom 13:13-14: “Marilah kita hidup sopan seperti pada siang hari...”ü Dari situ terbukalah pikirannya akan kebenaran sejati yakni wahyu ilahi yang dibawakan oleh Yesus Kristus. Ia kemudian bertobat dan dipermandikan pada tahun 387 di Milano oleh Uskup Ambrosius. Tujuh bulan kemudian, ibunya meninggal dunia.ü Ia menulis riwayat hidup dan pertobatannya dalam sebuah buku yang berjudul “Confessiones” (pengakuan).ü Tahun 388, ia pindah ke Tagaste dan mulai melepaskan miliknya dan mulai hidup bertapa dengan beberapa orang, termasuk Adeodatus, anaknya.ü Tahun 391, ia ditabiskan menjadi Imam di Hippo oleh Uskup Valerius dan ditugaskan sebagai pembantu uskup di Hippo. Namun ia tetap hidup sebagai biarawan.ü Tahun 395, ia dipilih menjadi Uskup Hippo menggantikan Uskup Valerius yang meninggal dunia.ü Sebagai uskup ia menaruh perhatian pada pembinaan kehidupan para imam. Tekanannya meninggalkan segala sesuatu demi Gereja, kehidupan bersama dan pelayanan rasuli. Ia lalu membentuk komunitas para imam.ü Ia mengembangkan hidup monastik bagi para wanita di Afrika seperti di Hippo. Ia mendirikan asrama dan rumah sakit pertama di Afrika Utara demi kepentingan umat.ü Selama menjadi uskup, ia menulis 113 buku, 218 surat dan 500 kotbah yang oleh para ahli filsafat dan teologi dipandang sebagai sumber penting dari pengetahuan rohani.ü Ia menginggal dunia pada tanggal 28 Agustus 430.
b.
Karya-karya Penting
ü Regula
ad Servus Dei (Anggaran Dasar Bagi Para Hamba Allah)
ü De
Opere Monachorum (Mengenai Karya para Biarawan)
ü De
Sancta Virginitate (Mengenai Keperawanan Suci)
3.2.4.
St. Benedictus (480-547)
a.
Riwayat Hidup
ü Lahir di Nursia, Italia Tengah sekitar tahun 480. Ia digelari Patriakh (Batrik) hidup membiara di Barat, karena ia mempunyai pengaruh besar terhadap hidup membiara di Barat.ü Dia menempuh pendidikan di Roma, namun karena tingginya biaya hidup, ia meninggalkan kota Roma dan tinggal di Enfide (40 mil dari kota Roma), bersama kelompok Kristen sambil terus melanjutkan studi dan praktek askesenya.ü Dia meninggalkan Enfide dan hidup menyendiri di dalam sebuah gua di atas Gunung Subiako (50 mil dari kota Roma). Di situ dia bertapa selama 3 tahun.ü Ia mengumpulkan banyak pertapa yang terpencar di mana-mana dan memulai kehidupan senobit. Seperti Pachomeus, Benedictus mengumpulkan pengikutnya dalam 12 kelompok, masing-masing dengan pemimpinnya.ü Dia membuat biara di Monte Casino (30 mil dari Subiako). Di situ ia mendirikan biara untuk para rahib (OSB) dan rubiah (Skolastika).ü Dia meninggal tahun 547 di Monte Casino.
b.
Regula (Anggaran Dasar)
ü Regulanya sangat panjang dan lengkap. Ia bukan hanya membuatnya tapi dihidupi sendiri oleh Benedictus sebagai seorang abas.ü Regula ini dikemudian hari banyak digunakan oleh beberapa tarekat hidup membiara lainnya.ü Regula yang terkenal adalah: Regula Monachorum Manasterium. Regula ini mampu menyatukan prinsip umum dengan baik, perpaduan spiritual, Kitab Suci, ajaran praktis dan ajaran pendahulu.
Social Plugin