Berdasarkan KV II tentang Gereja
sebagai persekutuan dan misteri dan tentang Gereja Partikular sebagai bagian
Umat Allah, tempat “Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik dan
apostolik” sungguh hadir dan berkarya. Pentingnya
kerjasama para anggota hidup bakti dengan para Uskup demi perkembangan organis
hidup pastoral keuskupan. Karisma-karisma hidup bakti dapat memberi sumbangan
sangat berharga bagi peningkatan cintakasih dalam Gereja-Gereja partikular.
Pendiri tarekat hidup bakti telah
menghayati nasehat-nasehat injili sebagai pengalaman Roh yang disalurkan kepada
para pengikutnya untuk dihayati, dilestarikan, diperdalam, dan terus
dikembangkan dalam keselarasan dengan Tubuh Kristus yang tiada hentinya
mengalami proses pertumbuhan. Jati diri tiap tarekat terikat pada spiritualitas
dan kerasulan yang diwarnai unsur-unsur obyektif. Gereja memperhatikan
tarekat-tarekat hidup bakti bertumbuh dan berkembang seturut semangat para
pendiri mereka dan tradisi-tradisi mereka yang sehat.
Tiap tarekat memiliki otonomi yang
sewajarnya, melalui tata tertibnya dan warisan rohani serta apostolisnya.
Ordinaris setempat bertanggung jawab melestarikan dan melindungi otonomi
tarekat hidup bakti.
Para uskup diminta menyambut baik dan menghargai karisma-karisma hidup
bakti, dan meluangkan tempat baginya dalam perencanaan pastoral keuskupan.
Mereka hendaknya memperhatikan tarekat-tarekat diosesan yang dipercayakan
kepada reksa khas Uskup setempat. Keuskupan tanpa hidup bakti akan kehilangan
banyak anugerah rohani, tempat2 yang sesuai bagi umat mencari Allah, kegiatan2
kerasulan dan pendekatan-pendekatan pastoral yang khas bahkan akan menghadapi
resiko semangat misioner amat lemah. Mereka wajib menanggapi karunia hidup
bakti, yang dibangkitkan oleh Roh dalam Gereja-Gereja partikular dengan
menyambut sepenuh hati dan penuh syukur.
Peran Uskup Bagi Kerjasama Hidup Bakti Dalam Gereja
Partikular
Uskup ialah bapa dan gembala seluruh
Gereja partikular. Tugasnya mengenali dan menghargai karisma-karisma dan
memajukan serta mengkoordinasikannya. Uskup menyambut baik karisma hidup bakti
sebagai rahmat yang tidak terbatas pada tarekat manapun, sekaligus yang
menguntungkan bagi seluruh Gereja. Uskup dengan cinta kasih pastoralnya
berusaha mendukung dan membantu anggota hidup bakti supaya dalam persekutuan
dengan Gereja mereka membuka diri bagi inisiatif rohani dan pastoral untuk
menanggapi kebutuhan jaman dengan tetap setia pada karisma pendirinya.
Hendaknya anggota hidup bakti bekerja sama secara leluasa dengan
Gereja-Gereja partikular, dan menghormati karismanya, dengan berkarya dalam
persekutuan penuh dengan uskup di bidang pewartaan Injil, katekese dan hidup
paroki. Inisiatif-inisiatif pastoral hidup bakti hendaknya ditentukan dan
dilaksanakan dalam dialog setulus hati dan jujur antara para uskup dan pemimpin
tarekat. Perhatian yang khas dari para uskup terhadap panggilan dan misi
tarekat serta sikap menghargai dari tarekat terhadap pelayanan para uskup
disertai kerelaan menerima pedoman-pedoman pastoral konkret mereka bagi
kehidupan dioses: itulah dua ungkapan yang berkaitan erat bagi cintakasih
gerejawi yang satu, yang menjiwai semua dalam usaha membangun persekutuan
organis, kharismatis, dan sekaligus berstruktur hirarkis seluruh umat Allah.
Hidup Bakti Membangun Dialog Terus Menerus Yang Dijiwai
Cinta Kasih
Para pemimpin tarekat hidup bakti
serta Serikat Hidup Apostolik membangun dialog yang berkelanjutan untuk
meningkatkan saling pengertian, yang merupakan prasyarat mutlak bagi kerjasama
yang efektif, khususnya di bidang pastoral. Mereka dapat menyampaikan informasi
kepada para Uskup mengenai karya-karya kerasulan yang sedang mereka rencanakan
di keuskupan-keuskupan untuk mencapai persetujuan tentang pengaturan-pengaturan
praktis yang diperlukan.
Bila dibutuhkan didirikan komisi-komisi gabungan antara para Uskup dan para
Pemimpin Tinggi pada tingkat nasional untuk bersama-sama mempelajari masalah-masalah
yang menyangkut kepentingan bersama. Pengertian yang lebih baik akan dihasilkan
bila teologi dan spiritualitas hidup bakti diintegrasikan dalam persiapan
teologis para imam diosesan dan bila perhatian memadai terhadap teologi Gereja
partikular, serta spiritualitas klerus dicantumkan dalam pembinaan para anggota
hidup bakti.
Pengalaman dialog yang diadakan
dalam iklim kepercayaan dan sikap terbuka timbal balik antara para Uskup dan
para religius menimbulkan hasrat agar pengalaman rohani persekutuan dan
kerjasama diperluas ke seluruh Gereja.
Hidup Bakti Menyebarkan Semangat Persaudaraan Dalam Dunia
Yang Terpecah Belah
Gereja mempercayakan kepada
komunitas-komunitas hidup bakti tugas khusus menyebarluaskan spiritualitas
persekutuan pertama-tama dalam hidup intern, kemudian dalam jemaat gerejawi
bahkan melampaui batas-batasnya, dengan membuka atau melanjutkan dialog dalam
cinta kasih, khususnya di dalam dunia yang tercerai berai akibat kebencian dan
kekerasan.
Komunitas-komunitas hidup bakti yang
tinggal dalam dunia dan masyarakat yang dikuasai nafsu dan kepentingan yang
saling bertentangan, mengusahakan kesatuan hidup melalui kesaksian hidup
bersama para saudara-saudari sekomunitas dimana perbedaan menjadi keselarasan
yang menandakan dialog cinta kasih.
Pelaku hidup bakti diutus mewartakan
nilai persaudaraan Kristiani dan kuasa Kabar Baik yang dapat menimbulkan
perubahan. Injil memampukan untuk memandang setiap orang sebagai putera-puteri
Allah dan mengilhamkan cintakasih serah diri terhadap siapa pun juga khususnya
yang paling hina di antara sesama. Komunitas hidup bakti menjadi tempat harapan
dan penemuan nilai-nilai Sabda Bahagia, sehingga dari situ cinta kasih menimba
kekuatan doa, sumber persekutuan dan menjadi pola hidup dan sumber kegembiraan.
Pada zaman yang dikuasai berhala
materialisme, hedonisme, sekularisme, egoisme, fasisme, dan indidualisme,
tarekat-tarekat internasional dipanggil untuk menegakkan dan memberi kesaksian
tentang kesadaran akan persekutuan antara bangsa-bangsa, suku-suku dan
kebudayaan-kebudayaan. Dalam suasana persaudaraan sikap terbuka bagi dimensi
global masalah-masalah tidak akan mengurangi kekayaan kurnia-kurnia khusus yang
tidak akan bertentangan dengan anugerah-anugerah lain dengan kesatuan sendiri. Tarekat-tarekat
internasional (kepausan) dapat mencapai secara efektif sejauh harus menghadapi
tantangan inkulturasi sambil tetap mempertahankan jati diri masing-masing.
Hidup Bakti Membangun Persekutuan Antara Berbagai Tarekat
Relasi rohani dan kerjasama antara
berbagai tarekat hidup bakti secara persaudaraan ditopang dan dimantapkan oleh
kesadaran akan persekutuan gerejawi. Tarekat-tarekat hidup bakti dipersatukan
oleh komitmen bersama mengikuti Yesus Kristus dan ilhami Roh Kudus yang sama,
niscaya akan tampil ibarat ranting-ranting pada Satu Pokok Anggur, yaitu
kepenuhan Injil cinta kasih.
Persahabatan rohani sering
menyatukan para pendiri selama hidup mereka sehingga para anggota hidup bakti
tetap setia terhadap ciri-ciri tarekat sekaligus dipanggil menghayati
persaudaraan secara nyata sebagai teladan. Hal itu akan membantu mendorong
anggota lain memberi kesaksian injil dalam tugas harian.
Santo Bernardus, rahib abas berkata:
“saya mengagumi mereka semua. Menurut
peraturan hidup saya termasuk salah satu di antara mereka, tetapi menurut cinta
kasih saya termasuk mereka semua. Kita semua saling memerlukan: harta rohani
yang tidak ada pada saya, saya terima dari saudara-saudari lain...di tempat
pembuangan ini Gereja masih menempuh ziarah, dan dalam arti tertentu masih
beragam: Gereja itu keragaman yang hanya satu dan kesatuan yang beragam. Semua
perbedaan kita, yang memaparkan kekayaan karunia Allah, tetap akan ada dalam
satu Rumah Bapa, yang mempunyai banyak ruangan. Sekarang ada perbedaan rahmat,
tetapi nanti akan ada pembedaan-pembedaan kemuliaan. Kesatuan, baik di sini
sekarang maupun di sana kelak, terdiri dari satu cintakasih yang tetap sama.”
Koordinasi Tarekat Hidup Bakti
Konferensi Para Pemimpin Tinggi dan
Konferensi Institut Sekular didorong dan diatur oleh Konsili Vatikan II dan
oleh dokumen-dokumen sesudahnya untuk memajukan hidup bakti dalam rangka misi
Gereja.
Melalui lembaga Konferensi itu
terungkap persekutuan yang menghimpun
tarekat hidup bakti dan mencari upaya memantapkannya dengan menghormati dan
menghargai corak unik karisma-karisma mereka yang beraneka, yang mencerminkan
misteri Gereja dan kekayaan kebijaksanaan ilahi.
Tarekat hidup bakti hendaknya
bekerjasama khususnya bila di negeri-negeri tertentu menghadapi situasi-situasi
yang sulit sekali dan menggoda untuk mengungkung diri sehingga merugikan diri
sendiri dan Gereja. Tarekat hidup bakti hendaknya saling membantu mengenali
Rencana Allah pada saat sejarah yang sukar itu untuk menanggapinya dengan
karya-karya kerasulan yang cocok dan lebih baik. Hendaklah para pemimpin
tarekat terbuka bagi tantangan-tantangan masa kini melalui karya yang selaras
serasi dengan para Uskup dan berusaha memanfaatkan hasil-hasil karya para
anggota yang terbaik tiap tarekat serta memberikan pelayanan yang menciptakan
pola pembinaan yang tepat dalam hidup bakti.
Konferensi tersebut hendaknya sering
mengadakan kontak-kontak yang teratur sebagai lambang persekutuan mereka dengan
Takhta Apostolik. Hubungan yang aktif dan penuh kepercayaan hendaklah
dilestarikan dengan konferensi uskup tiap negeri. Dokumen Gereja “Mutuae Relationes” menekankan agar
kontak-kontak itu ditetapkan secara stabil, berkesinambungan, dan tepat waktu.
Pedoman Magisterium yang dijalankan dengan patuh setia sangat bermanfaat
untuk merumuskan pemecahan-pemecahan, dan menghindari pelbagai salah paham dan
ketegangan pada taraf teoretis maupun praktis. Hal ini akan memberi sumbangan
positif bagi pertumbuhan persekutuan antar tarekat hidup bakti dan kemajuan
misi Gereja-Gereja Partikular.
Persekutuan Dan Kerjasama Hidup Bakti Dengan Umat Awam
Konsili Vatikan Kedua mengajarkan Gereja sebagai Persekutuan telah memberi
pengaruh meningkatnya kesadaran anggota Gereja dapat bersatu padu bekerja sama
dan saling bertukar karunia secara lebih efektif dalam misi Gereja. Kesadaran
itu memberi gambaran yang lebih jelas dan lengkap tentang Gereja sendiri dan
menjadikan lebih efektif menanggapi tantangan-tantangan berat zaman sekarang
dengan sumbangan-sumbangan serentak berbagai karunia dalam Gereja.
Persekutuan dan kerjasama itu
ditandai munculnya kontak-kontak Gereja dengan umat awam. Kerjasama dengan
tarekat ordo monastik atau kontemplatif berupa hubungan yang bersifat rohani.
Kerjasama dengan Tarekat hidup bakti yang berkecimpung dalam karya-karya
kerasulan dan pastoral. Kerjasama dengan para anggota institut sekular, awam
atau imam, yang berhubungan dengan para anggota umat lainnya dalam hidup
sehari-hari.
Banyak tarekat menyimpulkan karisma
mereka dapat disalurkan juga kepada umat awam. Oleh karena itu umat awam diajak
untuk ikut menghayati secara lebih intensif spiritualitas dan misi tarekat.
Dapat dikatakan bahwa dalam terang pengalaman sejarah, seperti pengalaman
Ordo-Ordo Sekular atau Ketiga telah dimulai dalam sejarah hubungan-hubungan
antara para anggota hidup bakti dan umat awam.
Penyebaran spiritualitas kini
berkembang subur melampaui batas-batas tarekat dan memperlancar misi Tarekat
hidup bakti. Awam pria dan wanita tergerak oleh teladan kekudusan para anggota
hidup bakti yang mengalami semangat nasehat-nasehat Injili dan memberi
kesaksian akan semangat Sabda Bahagia untuk merombak dunia seturut Rencana
Allah.
Partisipasi awam membuka pengertian
baru dan membantu kegiatan baru kerasulan dalam mengembangakn anugerah yang
paling berharga yaitu Roh Kudus. Umat awam hendaknya memberikan kepada
keluarga-keluarga religius sumbangan yang amat berharga yakni: keberadaan
mereka di dunia dan pelayanan mereka yang khas.
Keikutsertaan umat awam dalam
berbagai tarekat hidup bakti disebut “para anggota asosiasi” hendaklah diatur
sehingga jati diri tarekat dalam hidup internnya tidak dirugikan dan tidak
membahayakan karisma atau tata tertib Tarekat. Mereka perlu diberikan pembinaan
yang memadai dan dalam proyek-proyek mereka membawa kesadaran yang kuat akan
makna jemaat dan Gereja. Para anggota hidup bakti sesuai perutusan pimpinan
dapat ikut serta dalam bentuk spesifik kerjasama dalam inisiatif-inisiatif kaum
awam.
*)Disadur dari Anjuran
Apostolik Paus Yohanes Paulus II, “Vita Consecrata”.
Social Plugin