a) Biara Klerikal
•Eusebius dari Vercelli mengumpulkan
para imam yang bekerja di Gereja Katedral dalam satu biara. Tujuannya adalah
mendidik para imam menjadi para pelayan umat yang tidak hanya pandai tetapi
suci dan tidak terikat dengan hal-hal duniawi.
•Kemudian beberapa tokoh, yaitu St.
Ambrosius dari Milano, St. Paulus dari Nola dan St. Agustinus mengembangkan
Biara Klerikal.
•St. Agustinus mengembangkan biara
klerikal di Tagaste, Afrika Utara. Ia mengumpulkan para imam dan mereka hidup
bersama sebagai komunitas semi monastik dan mengarah pada kepentingan
intelektual.
•Sebagai uskup Hippo, St. Agustinus
mengumpulkan imamnya untuk hidup bersama, pengikraran diri dan ketaatan.
Pada
abad VIII, St. Chrodegangus (703-766), Uskup Metz mengumpulkan imam-imamnya
dalam aturan hidup bersama; maka mereka disebut “kanonik” (= aturan, norma,
ukuran).
vKanonik
Regular
•Para
kanonik yang mengikuti regula tertentu.
•Abad
XI ada kanonik yang mengikuti regula St. Agustinus, maka disebut kanonik
regular (bukan biarawan).
•Tahun
1108, William dari Champeaux mendirikan kanonik regula St. Nico, mengikuti
regula St. Agustinus. Cirinya: hidup bersama dalam keheningan dan studi
teologi.
•Tahun
1210, Theodorus dari Sell mendirikan Kanonik Regular OSC (Ordo Saectae Crucis),
mengikuti regula St. Agustinus. Cirinya: stabilitas loci, keterikatan pada
biara tertentu, segala sesuatu milik bersama, dan mempelajari pastoral umat
beriman seperti liturgi.
vKanonik Sekuler
(Imam Projo)
•Para imam projo bukanlah biarawan, karena mereka tidak
terikat pada kaul.
•Mereka tidak mengikuti salah satu regula, namun mereka
mengikuti aturan keuskupan dan di bawah kepemimpinan uskup.
•Para imam projo mempunyai wadah untuk kebersamaan yakni
UNIO.
4.2.Pembaharuan Hidup Bakti
Ada 2 pembaharuan yakni pembaharua Cluny dan pembaharuan Sistersiensis
4.2.1. Pembaharuan Cluny
Pembaharuan ini dipelopori oleh
biarawan Benedictin, terutama dari biara Cluny, Perancis pada tahun 910.
Tokoh-tokoh pembaharuan Cluny adalah Odo, Mascal, Odilon dan Hugo (para abas
biara Cluny).
a. Latar belakang
Kemerosotan rohani dan moral
yang menggerogoti Gereja, misalnya:
•Banyak imam yang kawin dan memperkaya diri sehingga mendapat kritik
yang pedas dari umat.
•Praktik simoni dalam Gereja, yaitu praktik jahat menjual beli jabatan
Gerejani.
•Banyak biarawan-biarawati yang tidak lagi hidup seturut aturan atau
semangat pendiri.
•Gereja
dikuasai oleh negara/kerajaan. Raja ikut campur dalam urusan Gereja bahkan
berkuasa mengangkat Paus dan Uskup. Misalnya pengangkatan Paus Leo IX oleh Raja
Hendrik III.
b. Tujuan: mengadakan perombakan biara-biara
c. Bentuk pembaharuan
•Mengadakan pembaharuan dalam
penghayatan hidup membiara, yaitu dengan kembali secara radikal kepada aturan Benedictus dengan
berpegang teguh pada kaul-kaul asli (kemurnian, ketaatan, kemiskinan) dan
memelihara kedudukan doa dan nyanyian bersama sebagai inti dari hidup membiara.
•Mendirikan banyak biara
pembaharuan. Pada tahun 1100, gerakan
pembaharuan Cluny telah mempunyai biara sebanyak 1500 biara dengan 10.000
biarawan yang tunduk kepada abas umum.
d. Pengaruh pembaharuan Cluny
•Pembaharuan Cluny menjadi inspirasi dan pendorong atau penggerak bagi
pembaharuan dari biara-biara lain. •Banyak kaum muda bangsawan yang terpanggil menjadi biarawan (rahib)
karena terpesona oleh semangat para biarawan Cluny (kontemplatif/kerahiban).
• Memaksa pejabat-pejabat Gereja (Paus, Uskup, dan Imam), untuk
mengadakan pembaharuan.
e.
Situasi akhir
•Gerakan Pembaharuan Cluny mulai merosot
setelah kepemimpinan Abas Hugo (tahun 1109). Bersamaan dengan itu muncul
gerakan hidup membiara baru di Citeaux.
•Gerakan pembaharuan Cluny hanya bertahan
2 tahun.
4.2.2. Pembaharuan Sistersiensis
a. Latar Belakang
Muncul dua masalah besar:
•Regula St. Benedictus hampir kehilangan keasliannya karena ada berbagai
penafsiran dan menjadi kabur.
•Hilangnya otoritas, sehingga tidak ada jaminan; disiplin kacau.
Gerakan pembaharuan Citeaux mulai pada tahun 1098 dengan komitmen ingin mengikuti regula St. Benedictus
dengan ketat. Pelopornya:
Robertus dari Molesme, Albericus dan beberapa rahib lain. Albericus menjadi
Abas Citeaux pada tahun 1100, maka berdirilah Institut Para Rahib Sintersiensis
dari Citeaux.
Social Plugin